Rabu, 15 Juli 2009

Salam Terakhir 1


Awal November 2008


Sist' n Bro'

Pernah gak ngalamin yang namanya putus asa, marah dan benci. Semua itu campur aduk jadi satu. Gimana perasaan kalian semua kalo mengalami hal itu???? Waktu itu saya benar-benar putus asa atas apa yang terjadi sama saya.

Semuanya berawal dari situs internet. Saya kenalan sama seseorang yang memang belum pernah saya kenal sebelumnya. Awal pertama kami kenalan, biasa saja. Lama-lama, dia minta nomor hp saya. Awalnya sih saya gak mau kasih. Berhubung dia begitu baik dan enak di ajak curhat, akhirnya saya kasih. Kami sering chating2an, kirim2 email, smsan, dan tlp2an. Dia begitu baik banget sama saya. Kami sudah seperti layaknya orang berpacaran. Walau pun kami belum pernah bertemu sekali pun. Tapi dia benar2 baik dan pengertian banget sama saya. Dan kami juga sama2 mempunyai kebiasaan dan hobi yang sama. Sebut saja nama dia Amink. Dia sudah bekerja di perusahaan kakaknya, di Denpasar Bali. Sedangkan saya sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta di Jakarta Utara. Setelah beberapa bulan kami kenal. Waktu itu, dini hari dia telepon saya. Sebenarnya saya sangat mengantuk. Berhubung dia yang telepon, akhirnya saya angkat. Pagi itu, dia mengungkapkan semua isi hatinya. Saya sangat kaget mendengarnya. Kenapa dia bisa bicara bayak seperti itu. Padahal kami bertemu saja belum. Saat itu, saya gak percaya sama yang dia ungkapkan. Tetapi saya tetap menghargai dia. Setelah hampir 2 jam kami bicara, akhirnya kami memutuskan untuk menjalani semua ini seperti layaknya orang pacaran. Kami sudah mulai berani sayang2an. Setelah beberapa bulan kami menjalani semuanya. Saya mulai sayang sama dia begitu juga sebaliknya. Dia mengirimi saya sebuah kaos yang tertulis nama kami berdua. Dia juga kirim foto dia yang sedang memakai kaos yang sama seperti yang dia kirim ke saya. Saya sangat senang menerima kejutan itu semua. Setelah beberapa bulan kami menjalani hubungan seperti ini. Dan saya cukup tau banyak tentang dia. Saya berdo'a dan berharap suatu saat nanti Tuhan mempertemukan kami. Akhirnnya do'a saya di dengar sama Tuhan. Dia di tugaskan ke Jakarta untuk beberapa hari. Saya senang sekali mendengar kabar itu. Saat itu saya benar-benar ingin cepat-cepat bertemu dia.


Tanpa bilang dulu sama saya, tiba-tiba saya di telepon kalo dia sudah ada di Jakarta. Dan dia mau kerumah saya. Saya sangat kaget. Saya gak tau harus berbuat apa. Akhirnya, kami janji untuk bertemu. Lalu, dia main kerumah saya. Dia benar-benar laki-laki yang didambakan setiap wanita. Dia pengertian, sopan dan sangat dewasa. Saya banyak belajar dari dia. Selama dia di Jakarta saya selalu menemani dia. Setelah saya pulang kerja, saya ajak dia jalan-jalan keliling Jakarta. Saya sangat senang sekali. Walau pun kami sudah resmi berpacaran, saya sama dia belum pernah melakukan hal-hal yang seperti anak muda lainnya. Dia sangat mengahrgai wanita. Sampai akhirnya tiba dia mau kembali ke Denpasar. Saya sangat sedih. Saya gak mau dia kembali lagi. Hari terakhir sebelum dia kembali ke Denpasar, dia main kerumah saya. Dan dia bilang ke keluarga saya, kalo dia benar-benar mau serius menjalani hubungan sama saya. Awalnya keluarga saya menolak. Alasannya karena dia beda agama. Keluarga saya sangat menghargai keputusannya untuk serius sama saya. Setelah lama kami berbincang-bincang. Akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti kepercayaan dan agama saya (muslim). Saya sangat lega mendengar semua itu. Tapi saya yakinkan terus sama dia. Kalau agama itu gak bisa di buat main. Dia pindah ke agama saya bukan karena dia mau serius sama saya. Tetapi karena memang tulus dari dalam hatinya. Hari itu juga dia mengucapkan 2 kalimat syahadat. dan sdi saksikan sama keluarga saya. Dia gak langsung di sunat, karena dia harus segera kembali ke Denpasar. Hari itu saya sangat senang sekali. Saya benar-benar bahagia. Keesokan harinya saya harus mengantar dia ke bandara dan berpisah dengannya. Dia selalu meyakinkan saya, suatu hari nanti dia akan kembali lagi ke Jakarta dan menjemput saya. Dia gak bisa memastikan itu semua. Saya benar-benar gak bisa menahan air mata. Selama lebih dari 1 minggu dia bersama saya, saya harus kehilangan dia. Walau pun itu bukan untuk selamanya.

To be continued yua Bro' and Sist'




Tidak ada komentar:

Posting Komentar